Opening


02092011
Rabu malam, pukul 9.56 WIB Bko
Inilah diriku, doremi,
Dilahirkan oleh seorang ibu bernama N dan memiliki ayah bernama C yang sama-sama bekerja sebagai guru SMP di Kota Jbi, awalnya sempat mengajar di rb. bjg untuk beberapa tahun, dan disanalah ayah dan ibu bertemu.
Aku cucu nenek satu-satunya yang lahir di kampung maninjau 27 tahun 4 bulan yang lalu. Ntah apa yang harus aku banggakan dengan semua itu. Mungkin karna aku terlalu di istimewakan, terlalu disayang, dan anak pertama di keluarga Bapak C, ada banyak harapan yang ditumpukan padaku. Dan aku sadar, aku tak sebaik yang mereka harapkan. Sepertinya aku banyak membuat orangtuaku kecewa. Aku masuk SMU favorit di Jbi kala itu. Diterima di sekolah itu merupakan suatu kebanggaan ibu dan ayah, mereka berharap aku bisa menjadi lebih maju disana. Tahun pertama masih bisa ku lewati dengan semangat 45 (disana aku masuk rangking belakang dan untuk dapat naik kelas aku harus belajar mati-matian). Tapi tidak di tahun ke-dua, ntah kemana hilangnya semangat 45-ku itu. Sejak awal tahun ke-dua sampai akhir tahun nilai raportku semakin anjlok, dan akhirnya… aku dikeluarkan dari sekolah itu, syarat nilai raport untuk naik kelas haruslah 7,5 dan nilaiku hanya 6. Aku sadar tak akan naik kelas, tapi mendengar berita tersebut langsung dari ayah sangat membuatku syok. Saat itu aku hanya bisa menangis sambil merangkul ayah. Ada perasaan lega bisa keluar dari sana, tapi 2 tahun hidup dengan 25 siswi lainnya membuatku sedih, sedih karna harus berpisah dari mereka. Aku sangat menyayangi mereka.
Keluar dari sekolah itu aku diterima di SMU Negeri di Kota Jbi. Saat itu aku ingin sekali masuk jurusan IPA, tapi pihak sekolah menolak setelah melihat nilai raportku. Akhirnya dengan berat hati aku masuk di jurusan IPS. 1 tahun bersekolah disana dapat ku lalui dengan NEM tertinggi nomor 2 se-SMU.  NEM ini bisa dipakai untuk mengikuti UMPTN.
Aku dan Adik mengikuti bimbel selama 2 bulan. Alhamdulillah hasil jerih payah kami selama bimbel tak sia-sia. Kami berdua sama-sama lulus di Univ. Jbi. Aku di akuntansi, adikku di Bahasa Inggris. Semester pertama IP-ku bagus, aku tak menyangka akan mendapat IP sebagus itu. IP semester 2 juga masih baik walaupun ada penurunan nilai. Tapi masuk semester 3 IP-ku hancur. Pikiranku kacau balau karna kondisi dirumah sangat buruk. Adikku, yang kuliah di bahasa inggris. Tiba-tiba memakai jilbab panjang dan warnanya serba gelap, bajunya juga begitu. Hal itu membuat ayah marah besar. Rumah tiap hari ribut dengan teriakan dan bentakan ayah serta jawaban adik. Aku miris melihatnya. Aku tak tahan melihat adik dimarahin tiap hari seperti itu. Akhirnya aku membela adik. Syukurlah adik tak apa-apa, tapi aku yang membela adik waktu itu dapat tamparan yang walaupun tak kuat cukup membuat  tulang pipiku sakit selama 2 hari. Bagaimana aku bisa belajar dengan kondisi rumah yang seperti itu?!
Satu setengah tahun kemudian situasi mulai tenang. Adik akhirnya mengalah dengan tidak menggunakan baju dan jilbab yang berwarna gelap. Akhir tahun ke-3 adik Kukerta, karna biaya kukerta lumayan besar, dan adikku yang nomor 3 masuk SMP dan perlu biaya juga, aku mengalah. Kebetulan aku juga baru 1 bulan kerja paruh waktu di warnet univ. Jbi. Dari kami ber-lima yang diterima kerja disana, tiga diantaranya mengambil kukerta, hanya aku dan devita (sahabat karibku) yang menjaga warnet saat itu. Masuk tahun ke-4 baru ku ambil kukerta. Kembali dari kukerta aku istirahat dulu, kebetulan 2 minggu setelah kukerta masuk bulan puasa. Dan aku istirahat sampai selesai libur lebaran. Saat kembali ke kampus aku baru ingat dengan skripsiku yang sempat terabaikan karna kukerta. Capek kali rasanya saat itu. Tapi ibu tak sabaran juga melihatku, tak sabar ia melihat skripsiku tak kunjung selesai. Kadang aku capek, tapi ibu tak mau tau. Tiap malam, saat diriku sedang beristirahat, ibu tak bosan-bosannya mengingatkan “skripsinya gimana? Kok nggak kelar-kelar juga?”. Ibu kadang ngotot kalau ku bilang mau istirahat dulu. Akhirnya sambil ngomel-ngomel dalam hati, ku angsur-angsur juga skripsi itu. Suebel, suebel, kok aku ditagih terus sama ibu soal skripsi, sedangkan adikku dibiarkan saja tidak menyelesaikan skripsinya. Adik mungkin down karna proposal skripsinya ditolak 3x. Tapi.. adakalanya aku merasa semua itu tak adil. Apa karna aku anak pertama dan harus memberi contoh yang baik sama adik-adik? Tidak adil, aku dan adik hanya berjarak 1 tahun, cuma 1 tahun, tapi kami diperlakukan sangat berbeda. Sejak kecil aku sudah di-setting menjadi kakak, ayah lebih memanjakan adik ketimbang aku, dan aku harus mengalah untuk adik. Pernah sekali adik menangis karna ku pukul, aku memukul bukan tanpa sebab, aku marah karna dia telah mengejekku saat itu. Dan akibatnya.. ayah marah besar padaku, dan hampir saja aku dipukul ayah. Untung ada ibu yang bisa menahan emosi ayah.
3 tahun setelah kerja paruh waktu di warnet Univ. Jbi dan 1 tahun setelah di wisuda,  aku merasa tak akan maju kalau tetap bekerja di warnet. Akhirnya aku mengundurkan diri di tahun itu (2008). Ternyata susah mencari kerja. Tepat satu tahun kemudian akhirnya aku diterima sebagai staf keuangan di sebuah CV. Itu pun dengan bantuan sepupuku. Aku bekerja dengan gaji kecil, dak aku merasa tidak cocok disana. Akhirnya setelah 3 bulan training aku dirumahkan. Perusahaan sedang pailit dan sedang melakukan pengurangan karyawan. Nganggur lagi setelah itu.
Kalau saja tes CPNS di Kota Pariaman saat itu hanya 1 kali. Aku pasti sekarang sudah bekerja disana. Tapi Allah berkehendak lain. Aku gagal dalam tes tahap ke-2. Enam bulan kemudian aku mendapat tawaran untuk menggantikan seorang teman kerja di ibukota kabupaten bko sebagai bendahara. Berjarak 5 s/d 6 jam dari kota tempat tinggalku.
Sudah delapan bulan aku bekerja disini. Ada senang.. ada susahnya juga. Susahnya saat pertama beradaptasi dengan lingkungan kerja dan lingkungan kost. Tapi alhamdulillah semua bisa dilalui dengan air mata hehhee…
Sebulan kemarin ingin sekali mengundurkan diri dan pindah ke kotaku, mencari kerja disana, dan berharap bisa mendapatkan jodoh juga disana. Tapi dugaanku salah, banyak teman yang menyarankan untuk positif diterima kerja di jambi baru kemudian mengundurkan diri. Sayangnya sampai sekarang diriku belum juga dapat panggilan kerja hiks. Tapi.. setelah ku pikir-pikir ada baiknya juga aku tak mengundurkan diri buru-buru. Adik akan segera melahirkan, dan rencananya ia akan melahirkan di rumah, serta tinggal di rumah selama kurang lebih 2 bulan. Kalau aku nganggur kemudian ada di rumah, ntah apa jadinya. Pasti ibu akan capek sekali, capek memikirkan adik yang akan melahirkan, capek melihatku menjadi pengangguran. Dan aku tak mau dimarahin ayah seperti dulu karna mengganggur. Biarlah aku bersabar dahulu.
Adik, setelah ta’aruf selama 1,5 bulan langsung dilamar. Dan aku yang saat itu juga sedang dekat sama seseorang malah mengalami hal yang sebaliknya. Sedih.. sudah pasti. Melihat adik menikah duluan, mendengar bisik-bisik tetangga tentang diriku yang katanya akan susah mendapat jodoh. Sakit memang mendengarnya. Tapi aku yakin tak akan seperti itu. Dan waktu yang menjawab semua keyakinanku itu. Sampai sekarang, setelah 2 tahun pernikahan adik, aku belum juga mendapat kepastian. Belum juga menemukan jodoh. Baru 3 bulan aku dekat sama seseorang, dia malah mengundurkan diri karna belum mendapat pekerjaan. Padahal sebulan sebelumnya aku senang sekali karna telah mengenalkan dia dengan keluargaku. Apa boleh buat, sepertinya Allah ingin aku memiliki kesabaran luar biasa. Mudah-mudahan semua ini bisa ku lalui dengan sabar dan ikhlas, amin. Tinggal menghitung hari.. adik akan segera melahirkan, aku akan mendapatkan seorang keponakan darinya. Mudah-mudahan keponakanku nanti  bisa sedikit memberi rasa bahagia untukku dan membawa berkah untuk orangtuanya.
Walau sedih hati ini, walau kadang terasa hampa, walau kadang terasa berat untuk ku lewati, aku akan selalu menunggu hari bahagia itu. Mudah-mudahan tak lama setelah ku tulis cerita ini terbuka jalan bagiku untuk menikah dengan orang yang aku sayangi. Amin…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Violist yang Satu Ini

Mengerjakan task di timebucks

Kerupuk