Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Induknya "Kunyit"

Gambar
Tiga hari keliling pasar mencari-cari bumbu dapur yang satu ini. Pasti sudah pada taukan nama gambar di atas? Namanya induk kunir atau induk kunyit. Karena judulnya "induk", ukurannya pun lebih besar dari kunyit-kunyit yang biasanya kita gunakan untuk menggulai. Ukurannya bisa sampai 10 kali lipat dari kunyit biasa.  Nahh.. diriku harus meminum air dari 3 buah induk kunir yang sudah diparut ini. Ditambah 1 butir kuning telur ayam kampung, 1 sendok madu, dan 1/2 buah jeruk nipis. Diriku baru akan membuatnya malam ini. Semoga sukses dah buatnya. Tinggal memikirkan gimana cara minum ni ramuan tanpa memuntahkannya. Sebenarnya kalau disuruh minum air kunyit saja sudah biasa. Tapi kalau minum air dari induk kunyit yang besar-besar ukurannya belum pernah. Pasti rasanya jauh lebih kelat dan kental. Hanya sajaa... ditambah telur ayam kampung itu tuh yang belum dicoba. Amisnya itu lohh yang tidak tahan.  Mohon do'anya ya... mudah-mudahan berhasil minum ramuan ini s...

Pagi Ini

Pagi tadi, sekitar jam 08.00 WIB waktu Batam, saya dan suami sedang menuju pasar yang jaraknya kira-kira 3 km dari rumah. Kami tinggal di daerah kavling yang tentu saja rumahnya padat-padat. Jalan-jalan di kavling lurus-lurus pada tiap bloknya. Keluar dari kavling kami akan melewati perumahan Nusa Batam yang kemudian berakhir di jalan raya. Posisi jalan di depan perumahan Nusa Batam lebih tinggi. Dari jalan ini kita bisa melihat bukit-bukit di depan sana (bukit temiang). Di malam hari langit nampak lebih luas, dari jalan ini kita bisa melihat dua sampai tiga pesawat melintas di langit.  Tapi... ada yang aneh pagi ini. Ketika sedang asyik menikmati pemandangan bukit-bukit disana, tiba-tiba aku melihat sebuah piring terbang melintas miring ke atas. Langsung melotot deh mata ini sambil mergumam tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Tapi sayang karena motor kami sedang berjalan, pandangan mataku tertutup oleh lampu jalan. Ku lihat lagi ke arah sana. Pandangan ku malah tertutup o...

Kerupuk

"Kerupuk... kerupuk... kerupuknya sudah datang... nggak beli kebangetan.. ayu ting ting boleh ngutang... kerupuk kerupuk..." Saya hanya tersenyum nyengir mendengar suara pakde pagi ini. Biasanya malah senyum tertawa. Cara dagang pakde lucu dan unik. Semua warga disini juga sudah kenal betul dengan pakde penjual kerupuk keliling. Bahkan ada yang menggoda balik pakde dengan kata-kata yang sama. Begitu beratnya mencari sesuap nasi disini. Di kota Batam ini.  ***

Pertama dan Terakhir

Hmm.. hari ini saya mendapat kabar yang mengejutkan dari seorang sahabat. Divorce, sudah tidak tahan lagi menghadapi sikap suami yang seperti itu. Seperti apa coba? yang masih suka tebar pesona sama perempuan lain? yang masih suka lirik sana lirik sini? yang cueknya minta ampun sama sang istri? yang lebih perhatian dengan orang lain ketimbang istrinya sendiri? yang lebih percaya omongan orang lain ketimbang istrinya sendiri? Sepertinya kita para istri kerap mengalami hal ini. Ini pasti karena rasa cemburu. Tapi bukan cemburu buta. Ini bentuk kekecewaan seorang istri pada suami yang cueknya minta ampun. Tidak peduli pada perasaan istrinya sendiri. Sok kegantengan, sok gaya anak muda jaman sekarang, sok-sokan deh pokoknya. Wanita mana yang tidak sakit hatinyaaa... (nah loh, makin jadi dah keselnya). Ibu berpesan pada saya untuk banyak sabar dan banyak mengalah pada suami. Tapi... itu kan tidak adil namanya, mengapa harus saya (istri) yang mengalah?? “Begitu lah nak, kalau suami ...