Pertama dan Terakhir
Hmm.. hari ini saya mendapat
kabar yang mengejutkan dari seorang sahabat. Divorce, sudah tidak tahan lagi
menghadapi sikap suami yang seperti itu. Seperti apa coba? yang masih suka
tebar pesona sama perempuan lain? yang masih suka lirik sana lirik sini? yang
cueknya minta ampun sama sang istri? yang lebih perhatian dengan orang lain
ketimbang istrinya sendiri? yang lebih percaya omongan orang lain ketimbang
istrinya sendiri?
Sepertinya kita para istri kerap
mengalami hal ini. Ini pasti karena rasa cemburu. Tapi bukan cemburu buta. Ini
bentuk kekecewaan seorang istri pada suami yang cueknya minta ampun. Tidak
peduli pada perasaan istrinya sendiri. Sok kegantengan, sok gaya anak muda
jaman sekarang, sok-sokan deh pokoknya. Wanita mana yang tidak sakit
hatinyaaa... (nah loh, makin jadi dah keselnya).
Ibu berpesan pada saya untuk
banyak sabar dan banyak mengalah pada suami. Tapi... itu kan tidak adil
namanya, mengapa harus saya (istri) yang mengalah?? “Begitu lah nak, kalau
suami dan istri terus-terusan ngotot pada pendapatnya masing-masing, pasti
ribut terus, harus ada satu yang mengalah nak, kalau suami tidak mau
mengalah, berarti kita sebagai istri
yang harus mengalah”. Nahh... sudah tau kan letak egoisnya suami itu dimana.
Memang betul kata ibuku tempo dulu. Laki-laki itu egois, titik.
Walaupun kita bilang laki-laki
itu egois, toh kita tetap menikah dengan seorang laki-laki kan?!
Manusia diciptakan
berpasang-pasangan, saling melengkapi satu dengan yang lain, saling menutupi
kekurangan pasangannya masing-masing, saling menjaga perasaannya masing-masing,
dan lain-lain. Kita sebagai istri yang sudah tau sikap suami seperti itu harus
pandai mengelola hati dengan mengabaikan sikap suami (yaahh.. walau kadang
kelepasan juga). Sikap cuek istri pada suami kadang tidak bertahan lama.
Mungkin karna sedang banyak pikiran, lagi datang bulan, atau hal-hal lainnya
yang membuat istri lebih sensitif. Jadi wajar saja jika kemudian kita sebagai
istri tidak bisa membendung rasa kecewa-marah-suebel tersebut. Namanya juga
lagi sensitif, maka divorce pun keluar begitu saja dari hati.
***
Bagi siapa saja yang sedang galau
hatinya karena hal seperti ini...
Bersabarlah, turunkan emosi, cobalah
untuk berpikiran jernih, cuci mukanya dulu (kalau perlu ambil wudu’).
Laki-laki punya sembilan akal dan
satu perasaan, sebaliknya wanita punya satu akal dan sembilan perasaan. Jadi
kalau dihadapkan pada satu masalah, laki-laki akan menggunakan akalnya tapi
wanita akan menggunakan perasaaannya.
Jadi kali ini saja... tolong utamakan akal kita. Tolong dipikirkan kembali, ulang kembali urutan peristiwa. Mungkin itu hanya sms nyasar, atau kalau memang benar mereka "berkirim-kiriman pesan", lihat kembali isi sms itu, bisa jadi yang duluan sms cewek yang kesemsem pada suami kita kan? Tidak usah jauh-jauh deh lewat sms. Di tempat tinggal ku saja misalnya ada janda yang kesemsem berat dengan suamiku jauh sebelum kami berkenalan. Sampai setelah kami menikah pun dia masih curi-curi pandang ke arah rumah kami, sengaja manggil-manggil anaknya pas di depan rumah kami, atau kalau pas ada suamiku di depan rumah ngobrol dengan suamiku dengan suara manjanya, dia juga menampakkan rasa tidak senangnya padaku ketika kami (saya dan suami) bertengkar. Bahkan setelah dia menikah pun, sikapnya tidak berubah. Syukur deh suaminya ngerti dengan ucapanku waktu itu (intinya aku bilang bahwa urus suami masing-masing), wajar donk jika kemudian dia kena marah suaminya.
***
Segitu dulu ya ceritanya. Sabar... kalau hilang rasa sabar, balas saja kelakuannya. Panas-panasin suami dengan cerita mantan-mantan kita misalnya. Atau cerita cowok tajir dan ganteng yang dulu naksir kita misalnya. Atau apa lah itu yang bisa buat suami panas. Biar tau dia bagaimana rasanya cemburu. Kalau tidak mempan juga, cuekin suami sebisa mungkin biar dia bingung sendiri.
Komentar
Posting Komentar