Kabut Asap "Kiriman"

Hatchi! Hatchhiihh!!
 
Akhirnya saya kena flu juga. Suami saya adalah orang pertama di rumah ini yang mendapat flu sejak kabut asap tipis mulai menyelimuti langit di wilayah kami. Dia sempat demam beberapa hari dan dibutuhkan waktu lebih dari seminggu hingga dia benar-benar pulih. Tapi kemudian saya mendapat giliran selanjutnya, flu itu masih ingin bertahan di rumah ini bersama datangnya kabut asap yang semakin tebal (fiuh).
 
Yah, ini adalah kabut asap kiriman dari pulau Sumatera. Kabut asap itu dibawa oleh angin, dan beginilah jadinya, “langit putih” menutupi “langit sebenarnya”, sinar matahari berwarna kemerah-merahan, orang-orang mulai memakai masker, satu persatu korban ispa berjatuhan. Jika situasi disini saja seperti ini, bagaimana dengan situasi disana? Tante saya harusnya berangkat menuju Bandara Sultan Taha pada hari rabu kemarin, tapi karena kabut asap di Bandara Sultan Taha sangat tebal, pihak bandara Hang Nadim terpaksa membatalkan rute penerbangan kesana.
 
Menurut berita yang saya tonton di salah satu stasiun televisi dua hari yang lalu, titik api terbanyak terdapat di Sumatera Selatan (lebih dari 100 titik api), di Lampung 29 titik api, di Jambi 21 titik api, dan di Riau hanya 4 titik api. Jika beberapa tahun terakhir Propinsi Riau selalu disalahkan karena memiliki titik api yang paling banyak, tapi tidak dengan tahun ini, titik api – titik api itu pindah ke Sumatera Selatan. Ada yang tau kenapa hal ini bisa terjadi? Hmm.. bisa saja para pembuka lahan pindah ke lokasi baru, dan Sumatera Selatan adalah target mereka selanjutnya.
 
Dan Bapak Presiden sampai turun ke lapangan untuk melihat kebakaran lahan di Sumatera Selatan. Beliau mengirimkan beberapa pasukan TNI untuk mengatasi kebakaran lahan di beberapa propinsi di Sumatera. Saya harap semuanya berjalan lancar, semoga bapak-bapak TNI berhasil memadamkan api di beberapa titik, kalau perlu tangkap saja mereka-mereka yang kepergok sedang membakar lahan (huh!!).
 
Musim kemarau saja sudah membuat kita susah, kenapa harus ditambah dengan kabut asap? Tidak adakah cara lain yang lebih baik untuk membuka lahan baru? Tidak malukah mereka ketika kabut asap ini bertiup hingga ke negara tetangga?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Violist yang Satu Ini

Mengerjakan task di timebucks

Kerupuk