Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Ibu

Berjuta kata  yang tak bisa ku ungkap pada Ibu Ibu itu...  Kasihnya tiada tara Sayangnya tak pernah habis Walau kami (anaknya) telah pun berkeluarga Sembilan bulan kami dikandungnya Kemudian lahir lah kami ke dunia Melahirkan, menyusui, membesarkan kami setulus hati Tak pernah meminta balasan pada kami Semua dilakukan karena rasa sayangnya pada kami Maka tak ayal jika kemudian dia terlalu melindungi kami Kasih sayang ibu sepanjang masa Sebesar apa pun kasih sayang pasangan terhadap kita Jauh lebih besar kasih sayang ibu kepada kita

Dia Dia Dia (Bagian 2)

Susah ternyata menceritakan si Dia (mamasku) ini... Kesan pertama tak selamanya benar. Dia yang ku kira sangat "gaul" ternyata seorang pendiam... lebih pendiam dariku. Dia yang ku kira begitu "ceria" ternyata seorang yang gampang sekali murung. Dia yang ku kira seorang "pekerja keras" ternyata juga tidak begitu. Ditambah lagi dengan temperamennya yang gampang sekali naik. Lengkaplah sudah. Tapi dibalik semua sifatnya kurang baik tersebut, dia tetap rajin sholat di masjid walau kondisinya sedang tidak sehat sekali pun. Orang yang penyayang (apalagi kalau saye lagi hamil, sayangnya setelah keguguran tahun 2012 kemarin belum jua berisi perut ini). Mau menolong bersih-bersih rumah ketika diri ini sedang sakit. Kalau lagi ada uang nih, dia mau membelikan makanan apa saja yang ku inginkan (martabak cokelat kacang khususnya heheheee....). Dia tidak suka dengan sifatku yang selalu berdiam diri di rumah, intinya saya ini tidak mau bersosialisasi dengan...

Si A, Si B, dan Diriku (seperti judul lagunya kahitna: aku dirimu dirinya)

“Kasihan ya si A”, kata ibu-ibu yang sedang duduk-duduk disudut sana sambil melihat ke arahku lagi?!. Waktu itu aku sedang mencuci piring, kebetulan ada acara syukuran tetangga yang akan berangkat umroh 3 hari lagi. Jadi kami  dipanggil untuk datang dan membantu tuan rumah memasak.  Karena identitasku terlanjur ketahuan oleh mereka para ibu-ibu. Langsung deh dipandang sebelah mata oleh mereka semua. Sudah satu setengah tahun, masih saja dianggap seperti itu oleh mereka. Katanya si A itu suka sama mamasku. Sayang sekali mamasku tidak suka, apalagi dengan keluarganya yang suka ikut campur urusan orang lain. “Gara-gara dia (red-diriku) tuh si A tidak jadi menikah dengan si B (mamasku), padahal si A cantik loh!!” celetuk tetangga depan rumahku. “Iya, apa dia (red-diriku) tidak kasihan dengan si A” imbuh tetangga sebelah rumahku. Tiap hari saya harus mendengar ocehan ibu-ibu disini. Sejak saya tinggal disini.. entah mengapa mereka langsung begitu. Saya tahu mereka teman-te...

Dia Dia Dia

Kami bertemu di kedai pecal milik Etek. Saat itu aku masih membantu Etek di kedainya, tempat dimana aku tinggal sambil melamar kerja. "Ada yang titip salam wi", kata Etek. Orang Lampung keturunan Jawa. Tinggalnya di dekat sini kok. Dia kerja di kontraktor listrik, bagian penyambungan kabel bawah tanah. Itu rumah dia sendiri loh. Bla bla bla... siang itu Etek cerita panjang lebar tentang cikal bakal suamiku. Setelah mendengar banyak cerita dari Etek. Esoknya ku cari-cari siapa dia--rupanya dia tak datang hari itu ke kedai Etek. Harinya berikutnya ku tanyakan lagi pada Etek yang mana orangnya. "Yang duduk disana Wi, pakai kemeja biru garis-garis". Sekilas ku lihat orangnya, tapi... apah?? kok seperti bapak-bapak yang gemuk plus berkulit gelap??. Diriku syok berat. Etek memang cerita bahwa usianya 35 tahun, tapi ini jauh dari perkiraan--aku juga pernah kenal dengan laki-laki yang usianya terpaut 7 tahun di atasku, tapi... mana suara tawanya besar sekali. **Syo...