Si A, Si B, dan Diriku (seperti judul lagunya kahitna: aku dirimu dirinya)

“Kasihan ya si A”, kata ibu-ibu yang sedang duduk-duduk disudut sana sambil melihat ke arahku lagi?!.

Waktu itu aku sedang mencuci piring, kebetulan ada acara syukuran tetangga yang akan berangkat umroh 3 hari lagi. Jadi kami  dipanggil untuk datang dan membantu tuan rumah memasak.  Karena identitasku terlanjur ketahuan oleh mereka para ibu-ibu. Langsung deh dipandang sebelah mata oleh mereka semua.

Sudah satu setengah tahun, masih saja dianggap seperti itu oleh mereka. Katanya si A itu suka sama mamasku. Sayang sekali mamasku tidak suka, apalagi dengan keluarganya yang suka ikut campur urusan orang lain. “Gara-gara dia (red-diriku) tuh si A tidak jadi menikah dengan si B (mamasku), padahal si A cantik loh!!” celetuk tetangga depan rumahku. “Iya, apa dia (red-diriku) tidak kasihan dengan si A” imbuh tetangga sebelah rumahku. Tiap hari saya harus mendengar ocehan ibu-ibu disini. Sejak saya tinggal disini.. entah mengapa mereka langsung begitu. Saya tahu mereka teman-teman si A. Mungkin itu bentuk perhatian mereka terhadap temannya. Jadi tak peduli siapa yang benar dan siapa yang salah. Mereka langsung menarik kesimpulan bahwa diriku lah yang salah dalam hal ini. Istilahnya diriku ini yang telah merebut pacar si A. Padahal mamasku tidak pernah pacaran dengan si A. Hanya si A saja yang banyak memberi perhatian pada mamasku kala itu. Mamas juga tak memberi harapan kok. Pertanyaan keluarga besar si A dijawab mamas dengan tegas bahwa “dia (red-mamasku)  tidak akan melamar si A karena memang dia tidak punya hubungan apa-apa dengan si A”. Mungkin keluarga besar si A tidak puas dengan jawaban mamasku waktu itu, maka pergilah seorang utusan ke rumah seorang imam masjid yang kenal dengan mamasku. Intinya mereka minta tolong dengan sang imam untuk menanyakan kembali perihal yang sebelumnya ditolak mamasku. Dan lagi-lagi jawaban mamasku sama. TIDAK.

Jadi mengapa diriku yang disalahkan? Jawaban dari mamasku kan sudah jelas gituh. Apa perlu seekor kambing hitam yang disalahkan dalam hal ini? Maksudnya apa perlu sampai mengkambinghitamkan seseorang dalam hal ini?

Si A punya keluarga besar. Bukan hanya keluarga besar, tapi juga ikatan persaudaraan serantau yang begitu kuat. Hitung saja dah berapa banyak mereka yang tidak suka padaku karena hal ini. Minder rasanya diperhatikan dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan pandangan tidak suka begitu. Bertemu di warung, di pengajian ibu-ibu, di acara masjid, di jalan, reaksi mereka semua sama. Lihat saja bagaimana perlakuan ibu-ibu tersebut sebelum mereka tahu siapa diriku dan setelah mereka tahu siapa diriku. Sebelum mereka tahu, semuanya ramah, mau diajak bicara, dll. Tapi lihatlah setelah mereka tahu identitasku,  langsung menjauh, membentuk kelompok kecil, dan melihatku dengan rasa tak sukanya itu loohhh.

Kapan mereka bisa menerima diriku ini, sebagai istrinya mamas??


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Violist yang Satu Ini

Mengerjakan task di timebucks

Kerupuk