Dia Dia Dia (Bagian 2)
Susah ternyata menceritakan si Dia (mamasku) ini...
Kesan pertama tak selamanya benar. Dia yang ku kira sangat "gaul" ternyata seorang pendiam... lebih pendiam dariku. Dia yang ku kira begitu "ceria" ternyata seorang yang gampang sekali murung. Dia yang ku kira seorang "pekerja keras" ternyata juga tidak begitu. Ditambah lagi dengan temperamennya yang gampang sekali naik. Lengkaplah sudah.
Tapi dibalik semua sifatnya kurang baik tersebut, dia tetap rajin sholat di masjid walau kondisinya sedang tidak sehat sekali pun. Orang yang penyayang (apalagi kalau saye lagi hamil, sayangnya setelah keguguran tahun 2012 kemarin belum jua berisi perut ini). Mau menolong bersih-bersih rumah ketika diri ini sedang sakit. Kalau lagi ada uang nih, dia mau membelikan makanan apa saja yang ku inginkan (martabak cokelat kacang khususnya heheheee....).
Dia tidak suka dengan sifatku yang selalu berdiam diri di rumah, intinya saya ini tidak mau bersosialisasi dengan para tetangga (gitu katanya). Entahlahhh... bukannya tak mau bersosialisasi, hanya saja sikap mereka yang antipati membuatku kurang nyaman berkumpul dengan mereka. Apalagi harus mendengar gosip-gosip mereka yang belum tentu benar adanya. Males dah kalau judulnya "GOSIP". Saye pun sering jadi bahan pergosipan mereka.
Komentar
Posting Komentar