Postingan

Mengerjakan task di timebucks

Bagaimana cara mengerjakan task di timebucks? Sebenarnya tidak ribet kok, cukup ikuti instruksi saja, jika semua instruksi sudah kita kerjakan, maka jangan lupa untuk mengambil screenshot dari browser history. Apa harus menggunakan laptop? Tidak juga, selama ini saya selalu menggunakan ponsel android dalam mengerjakan task. Cukup gunakan google chrome, internet eksplorer, opera atau yang lainnya. Jangan lupa untuk selalu menyediakan buku dan pena. Buat apa, hayo? Supaya kita tidak lupa hal-hal apa saja yang harus dikerjakan, jadi ya harus dicatat. Beri tanda checklist satu persatu jika task sudah dikerjakan. Mau lanjut gak, ya? Daftar dulu di link ini, ya: https://timebucks.com/?refID=223360400. Bagi yang sudah mendaftar, saya ucapkan selamat, anda sudah menjadi referral saya 😁. Selanjutnya klik tulisan EARN yang berada di bagian kiri tampilan timebucks, sederetan ke bawah dengan dashboard. Di bagian earn ini ada empat pilihan: survey, content, task, dan offerwalls. Pilih TASK. Nah, a...

Untuk kedua kalinya

Dan untuk yang kedua kalinya, suamiku harus berhadapan dengan struk. Jika lima tahun yang lalu masih gejala struk ringan, bicaranya sedikit terganggu, kaki kanan nampak diseret ketika dibawa jalan, tapi masih bisa berjalan dengan baik tanpa terjatuh, kini semuanya terasa lebih berat. Hal ini terjadi empat bulan lalu, ketika suami terpeleset, lalu terjatuh dan terjatuh lagi ketika berjalan. Saya yang khawatir sejak lama, berkali-kali mengajak suami berobat ke dokter, namun suami hanya diam saja. Sebelum ini suami juga sering jatuh saat berada di kebun. Saya sudah juga berkali-kali memintanya ke dokter, namun hanya didiamkan saja, hingga akhirnya saya bicara dengan bapak mertua, barulah suami saya mau diajak ke dokter. Tekanan darah suami 210/100, hal yang sama juga terjadi lima tahun yang lalu. Dan dimulailah cobaan itu. Mertua mulai menyalahkan saya. Saya dibilang membiarkan suami jatuh. Saya dituduh masakin suami ikan tongkol yang katanya bikin naik tekanan darah. Padahal suami yang b...

Ada apa dengan tanah mertua?

Saya sedikit kaget saat membaca berita yang lewat di beranda aplikasinya om Mark malam ini. Temanya mengenai rumah yang dibangun di atas tanah milik mertua yang diambil balik oleh mertua ketika akan dijual oleh si menantu. Miris ya, ketika istri harus ikut suami, tinggal dan membangun rumah di atas tanah milik orangtua suami, lalu suami merantau ke negara jiran, eh si istri yang ditinggal malah diajak berantem sama iparnya. Ujung-ujungnya sang istri malah balik ke rumah orangtua, tapi pulang secara baik-baik loh, pamitan sama mertua. Huft... Tarik napas perlahan, lepaskan perlahan. Apa jadinya jika diriku juga akan mengalami hal yang sama? Kami malah membangun rumah tepat di belakang rumah mertua, hanya berjarak 2 meter di belakang rumah mertua karena hanya tanah itu yang tersisa. Jujur saya mengkhawatirkan ini sedari awal, jika adik bungsu suamiku meminta rumah ini, bagaimana? Entahlah, serahkan semuanya pada yang kuasa. Jikalau hal itu terjadi, kami sekeluarga akan pulang ke Jambi, k...

Sakit, Tapi Sebenarnya Tidak..

Seperti itu. Masa ngidam membuat semua ibu terlihat seperti orang yang sedang sakit. Wajah pucat, kepala pusing, asam lambung naik dan membuat perut mual, selera makan berkurang drastis, penciuman menjadi berubah, aroma bumbu masak menjadi musuh bebuyutan, wangi parfum membuat mual, dan tempat tidur adalah tempat favorit mereka para bumil. Walaupun saya sudah pernah hamil sebelumnya, tapi tetap saja masa ngidam sangat-sangat membuat mual. Muntah sudah jadi makanan sehari-hari, semua makanan yang berbau amis (walaupun sudah dimasak) tidak bisa dimakan sama sekali. Saya yang di kehamilan sebelumnya doyan makanan pedas, bahkan menolak memakan yang pedas-pedas karena hal itu membuat perut panas dan memicu muntah-muntah. Sungguh beratnya masa ngidam ini. Saya sampai iri melihat orang lain bisa makan dengan nikmatnya. Semoga masa ngidam segera berlalu. Semoga setelah itu saya bisa makan dengan nikmat seperti yang lainnya. Dan semoga kami semua selalu dalam lindungan allah swt, amiinn. ...

Seperti Roller Coaster

“Hidup itu seperti roller coaster”, kata seorang kenalan. Kadang kita berada di atas, lalu turun ke bawah, dan saat yang paling mendebarkan adalah ketika roller coaster bergulir dari atas ke bawah, perut kembang kempis, dada berdegup kencang, leher tercekat – atau sebagian orang memilih untuk berteriak histeris. Begitulah...

Bekerja di luar rumah atau menjadi ibu rumah tangga?

Dan untuk ke sekian kalinya saya menghadapi dilema ini. Haruskah saya bekerja di luar rumah untuk membantu perekonomian keluarga? Atau bisakah saya menjadi ibu rumah tangga yang memiliki usaha sampingan? Banyak orang berkata bahwa bekerja di luar rumah itu lebih baik. Bertemu dengan banyak orang, mendapat gaji yang lumayan, dan memakai seragam? Entahlah, bekerja di luar rumah memiliki tantangan tersendiri bagi saya. Intinya: harus pandai membagi waktu antara rumah dan tempat kerja. Kapan saatnya memasak, kapan saatnya membereskan rumah, kapan saatnya bersama keluarga, pergi dan pulang kerja, saya sudah pernah mengalaminya, dan semua itu sangat-sangat melelahkan, apalagi jika perjalanan pulang ke rumah memakan waktu yang cukup lama karena macet. Bagaimana dengan ibu rumah tangga yang memiliki usaha sampingan? Hampir semua ibu rumah tangga yang tinggal di sekitar rumah saya berjualan jajanan untuk anak sekolahan. Namun saya sedikit   berbeda, saya lebih suka menggunakan laptop...

Kabar Angin

Berita ini belum bisa dipastikan kebenarannya, sepertinya berita ini sengaja ditutup-tutupi dari saya. Tapi, walaupun mereka berusaha menutupi berita itu dari saya, toh mereka sendiri yang bercerita tentang hal itu di depan khalayak ramai secara blak-blakan. Mereka berbicara di seberang rumah saya dengan suara besarnya itu, jadi jangan salahkan saya jika saya mendengar berita itu. Semoga saja berita ini benar adanya. Saya dengar si dia - fans rahasia suami saya, si dia yang telah lama mengejar-ngejar suami saya (tapi tidak pernah mau mengakuinya dan mengatakan pada semua orang bahwa suami sayalah yang mengejar-ngejar dia), akan melepas masa lajangnya. Saya tau bahwa teman-teman dia berusaha menjodohkan dia untuk ke-sekian kalinya. Yah, tentu saja ini bukan perjodohan pertama kalinya bagi dia, semua perjodohan itu gagal karena beberapa alasan yang tidak ingin saya ceritakan disini. Saya lega mendengar berita ini, sepertinya beban di hati saya berkurang banyak. Saya bena...

Cermin-Cermin di Dinding (Bukan Dongeng)

“Si dia lagi ngapain ya? Saiya kangen, ngintip dulu ahh...” Gitu kali ya pikiran dia yang suka mengintip dari samping rumah kami. Sudah lebih dari satu tahun dia melakukan hal itu, dan dia tidak peduli jika saya merasa terganggu ketika dia mulai mengomentari kegiatan saya di dapur. “Doremi lagi ngapain tuh? Masak apaan tuh? Ihh.. masak sambal terasi, hueekk!! Saya tau, dia mengintip bukan untuk mengawasi kegiatan saya di rumah, tapi lebih ingin melihat suami saya yang sedang berada di dalam rumah (fiuh). Saya masih ingat betapa marahnya saya waktu itu, saya bisa mengomel selama 1 jam tanpa henti. Bercerita pada suami tidak ada gunanya karena suami selalu berkata “ biarkan saja” atau “cuekin saja” atau apalah itu. Mungkin suami saya menganggap hal itu biasa saja, tapi tidak bagi saya, itu benar-benar keterlaluan! Rumah saya dan tetangga saya hanya berjarak 30 cm (atau mungkin kurang dari 30 cm), kami memiliki jendela samping sedangkan...