Sebuah Awal
"Saya terima nikah dan kawinnya dengan mas kawin tersebut tunai".
Sangat jelas ku dengar ijab dan kabul antara ayah dan suami ku waktu itu. Walaupun saat itu aku berada di dalam kamar bersama adik-adik ku yang sedang di dandani. Air mata ku ternyata tak bisa ditahan. Ketika ku langkahkan kaki menuju meja akad. Mataku mulai berkaca-kaca, sedikit saja ku tarik nafas, pasti setetes air mata turun membasahi pipi. Dan ternyata... setelah duduk di samping suami dan duduk di hadapan ayah, tumpahlah air mataku, aku menangis seperti anak kecil, seperti anak kecil yang kehilangan ibunya.
Sungguh banyak sekali yang ku ingat waktu itu, walaupun hanya sekejap, aku teringat dengan perbuatan-perbuatan tak baik ku pada mereka. Pada Ibu.. juga pada Ayah, semoga mereka mau memaafkan aku yang telah banyak sekali berbuat salah ini.
Terima kasih Ibu.. Terima Kasih Ayah...
Engkau telah merawatku sejak lahir hingga sekarang, entah berapa banyak malam yg kalian habiskan untuk begadang menemaniku jika ku terbangun di malam hari, entah berapa banyak materi yang telah kalian keluarkan hingga aku bisa menyelesaikan kuliah S1 ku. Tidak sampai disitu saja, bahkan ketika aku telah bekerja pun, kalian masih sering memberiku uang. Sungguh besar rasa kasih dan sayang kalian padaku.
Semoga semua yang telah kalian berikan itu bisa ku balas, walau tak sebanyak yang telah kalian berikan padaku. Dan semoga kelak aku dan suamiku bisa mengikuti jejak kalian berdua.
Komentar
Posting Komentar