Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Sebuah Awal

"Saya terima nikah dan kawinnya dengan mas kawin tersebut tunai". Sangat jelas ku dengar ijab dan kabul antara ayah dan suami ku waktu itu. Walaupun saat itu aku berada di dalam kamar bersama adik-adik ku yang sedang di dandani. Air mata ku ternyata tak bisa ditahan. Ketika ku langkahkan kaki menuju meja akad. Mataku mulai berkaca-kaca, sedikit saja ku tarik nafas, pasti setetes air mata turun membasahi pipi. Dan ternyata... setelah duduk di samping suami dan duduk di hadapan ayah, tumpahlah air mataku, aku menangis seperti anak kecil, seperti anak kecil yang kehilangan ibunya. Sungguh banyak sekali yang ku ingat waktu itu, walaupun hanya sekejap, aku teringat dengan perbuatan-perbuatan tak baik ku pada mereka. Pada Ibu.. juga pada Ayah, semoga mereka mau memaafkan aku yang telah banyak sekali berbuat salah ini. Terima kasih Ibu.. Terima Kasih Ayah... Engkau telah merawatku sejak lahir hingga sekarang, entah berapa banyak malam yg kalian habiskan untuk begada...

Si Sulung

Sebagai anak pertama... lagi-lagi sebagai anak pertama, banyak yang orangtua minta darimu, mulai dari sekolahmu, pekerjaanmu, bahkan sampai jodohmu, orangtua ingin anak pertamanya menjadi anak terbaik, anak kebanggaan, bla bla bla. Sungguh itu menjadi beban untukku. Aku hanya ingin jadi orang biasa sesuai dengan kemampuanku. Sekolah di tempat yang ku inginkan, kuliah di fakultas yang aku inginkan, bekerja di tempat yang aku inginkan, dan bagitu juga dengan jodohku, aku ingin menemukannya sendiri. Tapi ada daya.. keputusan tetap di tangan orangtua ku, wlaupun mereka bilang keputusan ada di tanganku, tetap saja mereka ingin keputusan itu ditetapkan oleh mereka. Jenuh.. itulah yg ku rasakan saat mereka ingin aku mengikuti kehendak mereka. Ingin rasanya ku lawan, tapi sebelum ku lawan, mereka sudah menuduhku anak pelawan. Lebih sakit lagi ketika mereka sebut aku "anak bawa sial", "anak durhaka", bla bla bla. Yang seperti apa "anak bawa sial" itu? Apakah m...

Galau Part 3

Dan benar saja, dalam tempo yang se-singkat-singkatnya "galau" itu datang lagi. Kali ini sempat membuat aku dan dia tidak bertegur sapa selama 1 hari. Sungguh   T E R L A L U. Mengapa hanya diriku saja yang "galau"? Apa dia tidak pernah mengalami sindrom "galau" ini ya? Apakah karena jarak usia kami yang terpaut tujuh (7) tahun, makanya dia santai-santai saja menghadapinya? Ku lihat dia gembira sekali akhir-akhir ini. Dia yang jarang tersenyum pun lebih banyak tersenyum akhir-akhir ini. Kami memang tak bertemu setiap hari. Hanya bertemu akhir pekan saja (itu pun hanya membicarakan bagaimana persiapan pernikahan dan kepulangan kami ke Jambi). Jarang telponan, apalagi sms-an. Yups, he is not a romantic man. Jangan berharap akan mendengar dia menyanyi ketika "aku" sedang suntuk, karena dia memang tak pandai menyanyi. Atau jangan harap dia bisa bermain gitar, karena dia hanya tertarik dengan pertandingan sepak bola. Dan banyak hal yan...

Galau Part 2

Dulu ketika masih single, aku memiliki beberapa kriteria seperti apa jodohku nanti: orangnya harus ceria, pandai melucu, supel sama siapa saja, pandai bermain musik atau setidaknya pandai bernyanyi, bukan orang yang pendiam seperti diriku, cerewet yang baik hatinya, penyabar. Dan kini aku telah dilamar orang, tak sampai 3 minggu lagi ijab Kabul akan dilaksanakan. Tapi ternyata jodohku tak seperti kriteriaku tempo hari. Dia bukan orang yang ceria, dia tak pandai melucu, bukan orang yang supel, tak pandai bermain musik (lebih suka sepakbola), dan sepertinya aku yang bakal cerewet nanti, semoga orang yang penyabar, dan dia lebih pendiam dariku. Jauh sangat dari perkiraanku. Kaget? Menyesalkah sudah menerima lamarannya? Hmm.. akan banyak cobaan ketika hari pernikahan itu semakin dekat. Akan ada saatnya menyesal: “Mengapa cepat sekali ku terima dia? Padahal baru kenal satu bulan”, atau “Nyebelin kali ni orang hhegghh”.  Ada kecenderungan sedih, karena anak mama sepertiku yang ...

Galau Part 1 (May 04, 2012)

Huff, ku tarik nafas dalam-dalam. Ada apa ini? Pernikahan, tak hanya menyatukan dua insan, tapi juga menyatukan dua keluarga, juga menjadi impian setiap wanita. Harusnya aku lebih bahagia dari siapa pun saat ini. Tapi kenapa malah menangis? Masih tidak siap kah aku? Masih ragu-ragu kah aku? Mengapa aku jadi begini? Padahal sebulan kemarin aku sangat bahagia, tekadku untuk menikah sudah bulat, tak ada keraguan sama sekali, tapi kenapa seminggu sebelum di lamar jadi begini? Keragu-raguan itu datang begitu saja, tak ada lagi tekadku seperti sebulan kemarin, yang datang hanya rasa takut, mengapa begini? Kami berkenalan melalui tanteku. Tentelah yang mengenalkan kami. Sehingga sebulan kemudian kami mencoba untuk saling mengenal. 1 bulan bagiku tidaklah cukup untuk mengenal dia. Tapi kemudian dia meminangku. Cincin pengikat telah melingkar di jari manisku seminggu setelah dia meminangku. Karena orangtua dia juga tidak tinggal di Kota Batam ini, begitu pun orangtua ku. Maka orangtu...

It's My Life Since 2009

Gambar
Bicara soal tensi darah, ada darah rendah dan ada darah tinggi (hipertensi).   Nah, berhubung diriku cenderung masuk ke kelompok darah tinggi, maka aku hanya akan menjelaskan bagaimana darah tinggiku ini. Saat akan membuat surat keterangan berbadan sehat di RSU di kota ku, ibu dokter sampai kaget karena tekanan darahku (tensi): 140/100. Jangankan ibu, aku pun kaget kenapa tensiku sampai segitu. Dan bertanyalah si Dokter padaku, "kamu sudah berkeluarga nak?" belum bu, jawabku. "Kenapa tensimu sampai tinggi begitu? kamu ini masih muda, berkeluarga pun belum". "Saya juga tak tau bu", jawabku sekenanya."Orangtua kamu ada yang mengidap darah tinggi?", "tidak juga bu, tapi dari pihak ibu saya (kakek nenek serta tante dan paman) semuanya mengidap darah tinggi", jawabku lagi." Penyakit seperti itu turunnya langsung dari orangtua nak, bukan dari tante/paman kamu". Syukurlah Bu Dokter masih baik padaku saat itu, aku diberi su...